Sabtu, 10 Desember 2011

Kekasih yang Pertama Kali Kutatap Matamu, Bergetar Rasa Hatiku

K
utulis risalah ini hanya teruntukmu seorang kekasihku, sehingga mungkin kau pahami diriku atau sehingga mungkin kupahami diriku sendiri. Memahami diri sendiri, tidaklah berarti mamahami diri orang lain. Tetapi jika engkau memahami orang lain maka engkau memahami dirimu sendiri.
     Kekasihku, sang waktu telah datang mengantarkan kita untuk bertemu, bercakap tentang hidup dan cinta. Ia berkisah tentang romantisme percintaan yang tiada duanya didunia ini, jangan engkau samakan percintaan ini dengan kisah cinta si ‘majnun’ Qais dan Laia, atau kisah cinta Romeo dan Juliet. Karena kisah cinta ini tidaklah bercerita tentang tragedi, namun cerita tentang kebahagiaan yang tiada akhir.
      Kekasihku, tiada yang lebih dari sebuah kebahagiaan yang terpancar dari cahaya matamu saat pertama kali kita bertemu, cahaya itu bagai cahaya pertama dari purnama saat menyingsing diantara bayang-bayangku. Keelokannya menggetarkan hatiku dan keindahannya membuai jiwaku. Cahaya itu menjadi satu – satunya petunjuk dan penerang bagi musafir diantara sunyinya gurun, dan senyapnya malam. Tak ada keindahan yang lebih dari keindahan yang ia lihat saat itu. Tak ada kenyamanan hati selain kedamaian yang ia rasakan saat itu, saat cahaya itu menjadi selimut yang melindungi diri dari jahatnya angin dan gelapnya malam.
     Kekasihku, genggaman tangan pertama kali dari genggaman hatimu layaknya genggaman cahaya malam dari semburat mega sore hari. Cahaya itu telah mengusung peraduan yang membuatku terlelap dan terlena. Senyuman pertama dari jiwamu adalah tetesan pertama dari anggur surgawi yang melepaskan dahaga dan rasa letihku.

0 komentar: