Kekasihku,
Masih ingatkah engkau saat aku bertanya tentang makna
sebuah cinta?
Dengan bahasa yang lembut nan penuh makna engkau
tuturkan jawaban atas pertanyaanku, kala itu
engkau berkata
“Cinta adalah bunga yang tumbuh ditaman rumahmu,
begitu banyak jumlah, jenis dan ronanya yang warna warni hingga membuat hatimu
bingung dan bimbang, bunga manakah yang akan engkau petik untuk kau hirup
semerbak baunya dan kau hisab manis madunya. Dalam kebimbangan itu engkau
berfikir, “Tidakkah lebih baik jika aku petik semua bunga ini dan kutaruh dalam
kamarku, jika ia layu tidakkah aku juga masih bisa memetiknya kembali
bunga-bunga yang lain”.
Mendengar jawabanmu ini sejenak aku tertegun dan
gelisah, kemudian buru-buru aku menjawabnya.
“Kekasihku, aku bukanlah kumbang yang menghisab
manisnya madu dari bunga yang satu ke bunga yang lain, dari tangkai yang satu
ke tangkai yang lain. Ia tidak hanya menghisab madu tapi juga merusak keindahan
sang bunga.
Aku adalah lebah, yang menghisab madu dari satu jenis
bunga, satu jenis tangkai. Dengan hati-hati aku hinggap diatasnya. Pertemuan
kelopak bunga dengan kepakan sayapku adalah wujud cinta kasihku yang tulus,
yang mempertemukan putik bunga dengan benang sari hingga membuatnya berbuah.
Aku kumpulkan madu itu dalam sarang kecilku dan
kupersembahkan kepada seorang ratu, ratu itu bernama “CINTA”.
Kali ini engkau yang tertegun, kemudian engkau
bertanya lagi kepadaku,
“Mengapa ratu itu bernama CINTA, bukannya bunga?”
“Kekasihku” ucapku kembali, jika ratu itu bernama
CINTA maka kasih lebah tidak akan pernah surut, ia mencintai bukan karena
keindahan dan keelokannya, juga bukan karena kekuasaannya. Cintanya adalah
wujud pengabdian yang seharusnya ia lakukan dan kasihnya adalah kasih yang
tulus yang terpancar dari dalam lubuk hati.
Jika Ratu itu bernama bunga maka persembahan cinta sang
lebah kepada bunga hanya sebatas ketika bunga itu nampak indah dan tidak layu,
ketika bunga itu layu bunga itu dicampakkan dan ditinggalkan.
“lantas bagaimana dengan HAKIKAT CINTA” tanyamu
kembali
“kekasihku”, cinta itu laksana maut, ia datang tanpa
kita undang dan pergi jika ia harus pergi, cinta yang membara berkobar bagi
nyala api yang membakar apapun yang ada disekelilingnya. Ia akan membakar
hatimu, melumatnya hingga menjadi kepingan abu.
Cinta juga laksana embun pagi, bening cahayanya
menyejukkan hatimu, cinta itu laksana malam keheningannya menghanyutkan
kegelisahan hati.
Cinta datang kepadamu laksana anak panah ARJUNA yang
menancap dalam dadamu, jika engkau mencoba untuk mencabutnya maka engkau akan
terluka dan jika engkau biarkan menancap dalam dadamu maka engkau akan
menderita. Derita cintamu berwujud dalam kerinduan yang membara. Tak satupun
obat yang bisa menyembuhkan derita ini, dan tak seorangpun mampu mencabut anak
panah itu selain sang ARJUNA sendiri.
Kekasihku,
Ketahuilah bahwa tidak semua penderitaan berujung pada
kesedihan hati. Penderitaan yang disebabkan kerinduan menumbuhkan kebahagiaan
dan kesenangan hati. Kerinduan hati menantikan perjumpaan dengan sang ARJUNA,
layaknya pupuk yang menyuburkan bunga-bunga dalam taman rumahmu. Ia yang telah
membuatnya tersenyum dan tumbuh berseri.
Perjumpaan dengan sang ARJUNA adalah perjumpaan dua
hati, dua jiwa layaknya perjumpaan bunga dengan tangkainya dan awan putih
dengan embun pagi.
Kekasihku,
Jika setiap kali perjumpaanku denganmu menimbulkan debaran
dalam dadaku, dan menumbuhkan kesan yang mendalam, adakah kata yang lebih indah
untuk mewakili ungkapan hatiku, selain kata kerinduan yang membara. Adakah
ibarat yang melukiskan perumpaan kebahagiaanku.
Kekasih,
Jika engkau bertanya kepadaku tentang cintaku padamu,
maka bertanyalah pada angin dan bercerminlah pada mata air. Sekeras engkau
berkata tentang cinta, sekeras itulah rasa cintaku, sebening wajahmu dalam
bayang air itu sebening itu pula hatiku.
Jika engkau bertanya seberapa dalam rasa cintaku kepadamu
maka bertanyalah pada sang waktu karena hanya ia yang akan mampu menjawabnya.
Kedalaman rasa cinta tidak diukur dari seberapa banyak aku memberikan kasihku
padamu namun diukur dari seberapa besar arti kasih itu bagimu. Karena hanya
sang waktulah yang mampu mengerti betapa berharganya arti cinta kasih itu.
0 komentar:
Posting Komentar