Sabtu, 10 Desember 2011

Tentang Seorang Kekasih

Detak jantungku berdebar dengan keras dan tak teratur, kala pertama kali kutatap cahaya matanya. Bening bola matanya memantulkan cahaya surgawi yang ia lukis bayangku disitu. Lembut kelopak matanya  memberikan kenyamanan saat-saat aku dalam kegalauan dan kecemasan yang sangat. Lentik bulu matanya memberikan perlindungan dari guncangan dan angin lara yang akan menerpa jiwaku. Ronanya yang hitam legam memberikan semangat saat aku rapuh dan lelah menjalani hidup ini. Tajam tatapan matanya bagaikan anak panah yang beracun menembus ruang batinku. Kedipan matanya bagaikan halilintar yang menyambar anak sungai hingga ia kering karenanya.  Dan lirikan matanya bagai cahaya purnama yang redup, yang memberikan kesejukan dan keteduhan batin bagi yang memandangnya.
            Keelokan tutur kata yang terucap dari bibirnya yang menawan, memikat hati bagaikan sapaan angin surgawi. Saat kedua bibir itu tersenyum, bagaikan kuncup mawar merah yang merekah. Keindahan dan semerbak aromanya membuatku terpana. Wajahnya yang sempurna memberikan kecantikan yang memalingkanku dari kecantikan yang lain. Kelembutan kulitnya bagai sutra, lambaian tangannya bagaikan kapas yang diterpa angin lirih, yang membuat hati ingin selalu meraihnya.
            Dengarkan sekali lagi saat ia berbisik dan bertutur sapa, jika kakimu sedang melangkah maka seketika itu juga engkau akan berhenti, jika engkau tidur maka ia akan membelaimu dalam mimpi. Tutur katanya adalah sabda pendita Ratu yang terukir dari kecerdasan insan pilihan. Dan lembut bisikannya adalah doa.

0 komentar: